Lebaran Tanpa Baju Baru

Baju baru buat lebaran sepertinya sudah menjadi budaya di Indonesia, maksud aku disini bukan hanya soal baju tapi kadang ada yang sepatu, tas, atau hal lainnya. Sebenarnya ini sah-sah saja, terlebih lagi biasanya menjelang lebaran ada yang namanya THR sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkannya untuk membelikan barang baru anak, istri, saudara atau keluarga lainnya. Apalagi saat lebaran ini saat-saat kita berkumpul, silaturahmi dengan keluarga besar, saat yang kita nanti-nanti bukan :)

Lebaran Tanpa Baju Baru? Gak Masalah Kok
Kalau boleh cerita aku dulu sebenarnya tim lebaran tanpa baju ataupun barang apapun lainnya yang baru. Seumur hidup baru sekali aja nerima THR pas kerja di PJTKI dulu, setelah resign aku gak pernah kerja sampai lebaran, hingga akhirnya aku kerja di rumah jadi ya udah nggak ada THR atau gaji bulanan lagi. Tapi sebenarnya bukan karena hal ini juga sih aku kenapa memilih tim tidak baru saat lebaran. Boleh cerita sebentar, kalau sabar boleh disimak sampai akhir yaa...

Beberapa hari yang lalu aku sempat membuat survey dari teman-teman di instagram, awalnya aku agak kaget aku pikir pikiran lebaran tanpa baju baru itu hanya aku yang memiliki pikiran itu karen memang awal-awal banyak sekali yang menjawab beli baju baru dong, tapi ternyata semakin lama semakin banyak yang menjawab tak perlu baju baru kok. Alhamdulillah pemikiran ini tidak sendiri, kembali ya ini tentang kembali ke awal tadi, benar ada beberapa teman yang bilang tidak membelikan anaknya baju, tapi membeli barang baru lainnya.

Survey menyebutkan bahwa lebih banyak yang beli baju, belum termasuk yang menjawab lewat dm
Masa kecilku tumbuh dalam ekonomi yang bisa dibilang sangat kurang, bahkan berkali-kali emak cerita untuk biaya lahiran menggadaikan radio, untuk makan kadang memenuhi perut dengan kangkung yang kita cari di sawah. Baju kalau belum benar-benar tidak cukup atau warnanya pudar alias mbulak belum beli. Kebetulan di lingkunganku ini juga ada 2 masyarakat yang cukup menengah keatas dan bahkan ada yang dibawahku untuk ekonominya, iya mereka tinggal jadi satu dengan sapi, kambing, dan lainnya. Bersyukur aku yang mungkin soal makan kurang, tapi masih bisa sekolah hingga SMA, banyak temanku yang bahkan sekolah hanya sampai Sekolah Dasar saja. Yakin orang tuanya akan memikirkan untuk membeli baju baru? Sedangkan mereka sering tidur dengan perut lapar.

Bersyukur sekali, saat ramadan mushola sering memberi jatah untuk buka puasa dan ada zakat fitrah yang membuat mereka kenyang setidaknya hingga sebulan setelah lebaran, tentunya dengan berhemat. Nah, yang masih terbayang olehku hingga sekarang itu saat anak-anak berkumpul. Biasanya yang dibahas ini, dikasih uang berapa dari orang tua dan sudah dibelikan baju berapa, tas baru atau sepatu baru. Anak lainnya yang ekonomi orang tuanya kurang beruntung hanya memandang pilu cerita itu.

Inilah kenapa aku dulu menjadi tim lebaran tanpa baju baru. Nah, ketemu suami yang pandangannya cukup berbeda denganku, sebenarnya dia juga dulunya jadi ekonomi yang kurang, tapi orang tuanya selalu mengusahakan baju atau barang-barang baru lainnya untuk anaknya. Cukup kaget dan kurang setuju sebenarnya soal itu. Awal-awal kami menikah memang masih dalam ekonomi yang sangat terbatas, bahkan tak jarang mengalami minus. Alhamdulillah dengan ijin dan bantuan Allah, kami bisa melewatinya hingga sekarang.

Mungkin teman-teman beberapa waktu lalu sempat melihat cerita yang viral ini. Tentang anak-anak yang sama sekali belum pernah ke mall diajak untuk belanja persiapan lebaran. Bahkan membayangkan dalamnya mall pun tak berani. Ada pula yang sampai mall sudah pusing mual, ada yang takut dan ada yang merasa tak percaya itu nyata. Ada kaget sepatunya dipakaikan. Ada yang memilih untuk membeli gamis karena belum pernah punya gamis sama sekali. Siapa yang tidak menangis melihat cerita ini. Alhamdulillah aku bersyukur, banyak yang membantu untuk mereka merasakan kebahagiaan itu. Sekarang giliran kita yang wajib membahagiakan orang terdekat kita.

Jadi dulu itu tentang membeli barang baru saat lebaran itu, selain tentang prioritas juga tentang ekspresi itu, ekspresi sedih teman-teman masa kecilku yang kurang beruntung. Nah pelan-pelan dikasih tau sama suami,"Iya nggak salah kok soal perasaan itu, tapi nggak ada salahnya juga kita membahagiakan orang lain dengan apa yang kita miliki. Orang tua, anak, adik, kakak, keponakan itu semua orang yang utama wajib kita bahagiakan dengan sedekah kita, sedekahnya lebih berlipat karena orang terdekat dan berlipat lagi karena kamu memberikan sedekahmu saat bulan ramadan".

Nggak bisa langsung berubah memang, tapi pelan-pelan aku tentang baju baru saat lebaran atau barang lainnya. Akhirnya 3 tahun tahun ini aku membelikan baju tapi bukan untukku. Naufal pun aku pakaikan sebelum lebaran, jadi bisa dibilang saat lebaran pun itu saat dia memakai baju yang ke 2 atau ke 3 kalinya. Aku sendiri? Tetap tanpa bau baru, nanti saja beli kalau pas diskon langsung cuci besoknya pakai saja, hehehe...

Aku termasuk orang yang agak ngeyel ya, tapi entahlah di relung hati ini tidak bisa berbohong. Karena bagaimanapun juga di luar sana masih ada yang harus menghabiskan THR nya untuk membayar hutang, ada juga yang harus untuk melunasi pengobatan orang tuanya, atau untuk biaya pendaftaran sekolah anaknya, kebetulan ramadan ini kan musim masuk sekolah juga.

Jadi mau lebaran dengan atau tanpa barang baru nggak masalah kok, jangan berkecil hati ya teman-teman. Yang penting kita wajib untuk bersyukur karena lawan kata miskin itu bukan kaya tapi cukup. Jadi selama kita bisa memiliki hati yang cukup disitulah kita sudah menjadi kaya. Semoga suatu saat nanti Allah memberi rejeki lebih untuk bisa memenuhi kebutuhan kita, semoga yang ingin mudik belum cukup rejekinya di tahun ini, semoga tahun depan bisa mudik. Tetap semangat ya teman-teman, semoga ramadan ini berkah untuk kita semua :)

Komentar

  1. Peluk mama imutttt :*

    Sama say, masa kecil saya dulu juga kayak gitu, setidaknya, setelah saya berusia 5 tahun dan pulang ke Buton, jadinya jarang banget bisa dibeliin baju.

    Jangankan baju lebaran, baju sehari-hari aja, bisa beruntung kalau dapatin baju lungsuran kakak-kakak sepupu saya .

    Kehidupan kami lebih membaik setelah saya lulus kuliah, jabatan mama saya di kantornya naik.
    Jadi bisa beli ini itu.

    Terlebih saya udah kerja dan gak dikasih duit lagi.
    Baru deh bisa beli baju baru sendiri.

    Sampai sekarang saya jarang beli baju lebaran, belinya pas butuh aja, atau pas main trus ketemu baju lucu, hahaha.

    Kalau anak-anak seringnya saya belikan sebelum puasa.
    Dicicil buat lebaran, bukannya harus baru sih, tapi emang anak-anak dan pak suami jarang beli baju.
    Gak kayak emaknya liat baju lucu langsung gak bisa bobo hahaha

    BalasHapus
  2. isi artikel ini sangat bermanfaat. saya mikir semakin dewasa memang demand terhadap baju lebaran semakin berkurang, malah saya ingin kurangi isi lemari saya.

    BalasHapus

Posting Komentar

back to top