Mari Cegah Disabilitas Karena Kusta

Assalamualaikum, teman-teman tau nggak kalau ternyata kusta bisa menyebabkan disabilitas? Jujur aku baru tau ini lho. Aku pikir kusta hanya sebatas sakit yang bisa segera diobati, tapi ternyata tidak semudah itu. Postingan kali ini aku mau membahas tentang penyakit kusta, simak sampai akhir ya teman-teman. 

Perlu kita tahu jika ternyata penyakit kusta dapat menyebabkan disabilitas. Hal ini dikarenakan bakteri penyebabnya, Mycobacterium leprae, bisa merusak saraf, kulit, dan area lainnya pada tubuh. Kerusakan saraf dapat menyebabkan hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu, luka yang tidak disadari, serta kehilangan fungsi motorik. Tanpa perawatan yang tepat, ini dapat menyebabkan kecacatan atau disabilitas permanen. 

Iya betul ternyata kusta bisa separah itu ya akibatnya. Sedihnya lagi, kasus baru kusta di Indonesia mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir dengan jumlah mencapai 18.000 kasus. Ya Allah banyak banget ya. Karena hal ini, akhirnya mau tidak mau Indonesia menjadi negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. 

Penanganan kusta di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Meskipun sudah ada upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kasus, stigma sosial masih menjadi hal yang cukup besar, terutama terkait pemulihan penderita setelah sembuh. Akses terhadap perawatan yang memadai juga masih menjadi masalah, terutama di daerah-daerah terpencil. Upaya pencegahan, deteksi dini, serta perawatan yang tepat bagi penderita kusta masih menjadi fokus utama untuk mengatasi masalah ini.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran kolektif mengenai kusta, kemarin aku sempat mengikuti acara talk show yang aku putar melalui youtube yakni #SuarauntukIndonesiaBebasKusta yang diselenggarakan pada bulan Juli 2023 lalu. 

Nah, bertepatan dengan kunjungan dan diskusi Sasakawa Health Foundation (SHF), salah satu donor potensial yang dihubungi oleh NLR. SHF sedang mengunjungi proyek PEP++ NLR Indonesia di Jakarta dan Jawa Timur untuk mempelajari bagaimana NLR Indonesia mengelola program PEP++ dan program kusta lainnya di Indonesia. 

Sasakawa Health Foundation dan Kusta di Indonesia 

Narasumber yang hadir dalam dialog interaktif kali ini yaitu : 

Ms. Aya Tobiki - Chief Program Officer, Hansen's Disease Program, Sasakawa Health Foundation

Asken Sinaga - Executive Director NLR Indonesia

Ardi Yansyah - OYPMK & Ketua Permata Bulukumba 

Sasakawa Health Foundation (SHF) memiliki berbagai program untuk membantu penanggulangan kusta di Indonesia. Mereka telah bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga lainnya untuk meningkatkan kesadaran, memberikan perawatan, dan mendukung rehabilitasi bagi penderita kusta. Langkah-langkahnya mencakup penyuluhan, pelatihan tenaga medis, pendanaan program kesehatan, serta dukungan terhadap aktivitas sosial bagi mereka yang telah sembuh dari kusta.

Seperti yang kita tau, Sasakawa Health Foundation ini memiliki fokus tujuan untuk mencegah penyebaran kusta dan mengeliminasi penyakit kusta dari dunia. SHF berperan aktif dalam upaya pencegahan penyebaran kusta di Indonesia dengan berbagai program. Mereka fokus pada edukasi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang kusta, memperkuat sistem perawatan kesehatan, memberikan dukungan bagi penderita, dan berkolaborasi dengan pemerintah serta organisasi lokal untuk meningkatkan deteksi dini serta penanganan yang tepat terhadap kasus-kasus kusta. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi stigma, meningkatkan kesadaran, dan menyediakan akses perawatan yang lebih baik bagi penderita kusta.

Saat berada Indonesia, Ms. Aya Tobiki dan team dari Sasakawa Health Foundation mengunjungi tiga wilayah dalam kaitannya menangani penyakit kusta ini. Beberapa daerah tersebut yaitu Pasuruan, Indramayu, dan Cirebon. Saat berada di Pasuruan, di Puskesmas Nguling, Ms. Aya Tobiki  menemukan kerja sama yang baik dari berbagai pihak dalam pencegahan penyakit kusta. Salah satu yang dilakukan yakni tim PKK membuat acara senam bersama dengan mengusung tema kusta. Tujuan dari kegiatan ini yakni membantu penyebaran informasi yang benar dan tepat mengenai penyakit kusta. 

Nah saat di Indramayu, Ms. Aya Tobiki mendapatkan fakta kerjasama yang cukup baik antara Dinas Kesehatan dan perangkat terkait dalam melakukan rujukan terhadap penderita kusta. Selain itu disini juga ada peer conselor, yakni sahabat sebaya untuk memotivasi agar mental penderita kusta tetap terjaga dengan baik. Menurutku memang ini penting banget juga sih agar penderita tidak merasakan depresi karena sakit yang dialaminya, jadi bisa tetap semangat menjalani kehidupan. 

Saat di Cirebon ada kegiatan positif dari penderita kusta yakni membuat kreasi kerajinan tangan bersama. Nah senangnya kegiatan ini bisa membuat penderita jadi tetap produktif dari adanya kegiatan ini. 

Nah, di Indonesia sendiri kusta juga sudah ditangani, hanya saja masih ada wilayah yang belum terjangkau oleh pemerintah. Inilah yang menjadi membuat NLR Indonesia berusaha hadir untuk para penderita kusta Indonesia. NLR Indonesia sendiri merupakan organisasi yang berfokus pada penanggulangan kusta. Mereka membantu penderita kusta dengan berbagai cara, seperti memberikan perawatan medis, rehabilitasi fisik, dukungan sosial, dan edukasi untuk membantu pemulihan dan reintegrasi penderita kusta ke dalam masyarakat. 

Selain itu, NLR Indonesia juga berperan dalam memerangi stigma terhadap penderita kusta serta meningkatkan kesadaran akan penyakit ini di masyarakat. Melalui berbagai programnya, mereka berupaya memperbaiki kualitas hidup dan memberikan dukungan kepada mereka yang terkena dampak kusta.

Dalam kegiatannya, NLR Indonesia akan melakukan training terhadap Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK). Nantinya OYPMK ini akan menjadi konselor bagi penderita kusta, dengan harapan bisa berbagi pengalaman dan tentunya bisa memotivasi bagi penderita kusta agar bisa segera sembuh. 

NLR Indonesia berperan aktif membantu melakukan awareness rising ke masyarakat, yakni dengan sosialisasi melalui medsos dan konvensional. Selain itu NLR Indonesia juga melakukan advokasi dan jejaring bersama pihak lain. Untuk melakukan hal ini, NLR Indonesia menggandeng NGO yang berfokus pada penyandang disabilitas, lembaga riset, dan kelompok pemuda.

Diskriminasi terhadap penderita kusta masih menjadi masalah serius di beberapa komunitas. Stigma sosial yang melekat pada penyakit ini sering kali menyebabkan isolasi dan diskriminasi terhadap penderita kusta. Masyarakat bisa menghindari kontak dengan mereka, membatasi kesempatan kerja atau pendidikan, bahkan mengucilkan mereka secara sosial. Hal ini bisa mempengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup penderita kusta. 

Jujur menurutku kehadiran LSM seperti Sasakawa Health Foundation dan NLR Indonesia ini sangatlah penting untuk terus melakukan edukasi dan kampanye untuk mengubah persepsi masyarakat dan mengurangi stigma terhadap penderita kusta. Semoga kasus kusta ini semakin berkurang dan perlahan kita bisa mengeliminasi penyakit kusta dari Indonesia atau bahkan di dunia. 

Komentar

back to top