Rumah Cahaya Indonesia: Dari Rendy Arista, Untuk Masa Depan Indonesia

Aku masih inget masa-masa di mana bayar SPP aja rasanya perjuangan. Kadang harus jualan pulsa di sekolah, kadang cari sampingan sepulang jam pelajaran. Semua dilakukan cuma biar bisa terus sekolah. Mungkin itu sebabnya, sampai sekarang aku selalu punya “dendam baik” di bidang pendidikan. Dendam untuk memastikan anak-anakku, dan anak-anak lain di luar sana, nggak perlu ngalamin perjuangan sekeras itu hanya demi bisa belajar.


Beberapa waktu lalu aku baca kisah tentang Rendy Arista, penerima Anugerah Astra, dan entah kenapa aku merasa kisahnya begitu dekat di hati. Rendy bukan hanya sekadar sosok yang peduli, tapi juga seseorang yang benar-benar paham betapa pentingnya kesempatan untuk belajar dan berkembang.


Bersama YBM PLN UID S2JB, pada tahun 2021 Rendy mendirikan program bernama Rumah Cahaya Indonesia di Palembang, Sumatera Selatan. Dari namanya aja udah terasa hangat, ada kata “cahaya” di sana, seolah menyimbolkan harapan baru bagi mereka yang nyaris kehilangan arah.



Rumah Cahaya Indonesia bukan sekadar tempat belajar, tapi rumah bagi anak-anak muda yang haus akan ilmu dan masa depan lebih baik. Program ini dirancang sebagai bentuk pendidikan non-formal yang terbuka untuk siapa saja yang memenuhi ketentuan. Yang paling menyentuh: semua kegiatannya gratis. Nggak ada biaya pendaftaran, nggak ada pungutan. Seluruh pendanaannya bersumber dari zakat karyawan PLN.


Sebagai seorang ibu, bagian ini bikin aku merinding. Karena aku tahu rasanya jadi anak muda yang ingin belajar tapi terkendala biaya. Dan kini, lewat program seperti ini, Rendy memberi jalan bagi mereka yang dulu mungkin nyaris menyerah.


Selama kurang lebih empat bulan, para peserta dibimbing bukan cuma untuk punya keterampilan teknis, tapi juga nilai-nilai kehidupan. Mereka diajarkan ilmu praktis, diajak mengenal dunia industri, bahkan dibekali pemahaman agama agar tetap punya arah hidup yang kuat di tengah derasnya perubahan zaman.


Tujuan besarnya sederhana tapi dalam banget: membekali generasi muda agar siap menghadapi dunia nyata.

Bukan cuma sekadar tahu teori, tapi juga punya mental tangguh, karakter kuat, dan semangat untuk terus berkembang.


Yang paling keren, Rendy nggak cuma fokus pada anak-anak muda dari keluarga mampu. Justru, sasaran utamanya adalah mereka yang belum punya kesempatan yakni anak yatim, duafa, dan keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Ia ingin memastikan bahwa kesempatan untuk belajar dan memperbaiki hidup nggak cuma dimiliki segelintir orang, tapi terbuka untuk semua.


Kalimat Rendy yang paling aku suka waktu diwawancarai di laman resmi PLN adalah,


“Kita ingin memberikan cahaya bagi mereka yang butuh arah. Karena cahaya sekecil apa pun, bisa mengubah hidup seseorang.”

Dan aku percaya itu. Karena aku pun pernah hidup dalam gelapnya keterbatasan, dan tahu betul betapa berharganya satu cahaya kecil.



Anak-anak muda yang lulus dari Rumah Cahaya Indonesia bukan cuma keluar dengan keterampilan, tapi juga rasa percaya diri. Mereka punya bekal untuk bekerja, melanjutkan pendidikan, bahkan membuka usaha sendiri. Bayangkan, dari empat bulan pelatihan gratis, lahir generasi baru yang siap bersaing dengan bekal nyata dan hati yang kuat.


Aku ngerasa bangga banget ada sosok seperti Rendy Arista yang peduli sampai sedalam itu. Kadang kita terlalu sering mendengar berita tentang kekurangan, tentang sulitnya lapangan kerja, tentang keterbatasan ekonomi. Tapi di tengah semua itu, ada orang-orang yang justru memilih untuk jadi solusi. Bukan dengan janji, tapi dengan aksi.


Anugerah Astra yang diterima Rendy bukan sekadar penghargaan, tapi simbol pengakuan atas kerja keras dan keikhlasan. Astra sendiri memang selalu memberi apresiasi pada sosok yang punya kontribusi nyata untuk masyarakat dan menurutku, Rendy adalah contoh nyata dari semangat itu.


Aku suka bagaimana Astra tidak hanya mencari sosok yang sukses secara pribadi, tapi juga mereka yang menyalakan cahaya untuk orang lain. Karena sejatinya, keberhasilan bukan tentang seberapa tinggi kita berdiri, tapi seberapa banyak tangan yang bisa kita angkat bersama untuk maju.


Kadang aku membayangkan, kalau dulu aku punya kesempatan belajar di tempat seperti Rumah Cahaya Indonesia, mungkin jalan hidupku sedikit berbeda. Tapi aku juga sadar, kisah Rendy dan programnya ini bukan cuma untuk dikenang, tapi untuk ditiru.

Buat aku, kisah ini jadi pengingat bahwa semua orang bisa berbuat baik, dari posisi apa pun.


Sekarang setiap kali aku lihat anakku belajar dengan semangat, aku selalu teringat perjuangan masa laluku dan kisah orang seperti Rendy Arista yang terus menyalakan harapan untuk generasi muda. Dendam lamaku soal pendidikan akhirnya berubah jadi rasa syukur. Karena masih ada orang-orang yang berjuang agar tidak ada lagi anak yang harus berhenti belajar hanya karena keadaan.


Cahaya yang dinyalakan Rendy lewat Rumah Cahaya Indonesia mungkin bermula di Palembang, tapi sinarnya sampai ke hati banyak orang, termasuk aku, seorang ibu yang dulu hampir menyerah, tapi kini percaya bahwa selalu ada jalan bagi yang ingin berjuang.


#APA2025-PLM


Komentar

back to top